Menu

Mode Gelap
Amunisi Kedaluwarsa Meledak, 13 Nyawa Melayang Laki-laki dan Beban Sosial Luar Biasa! Brigjen TNI Dany Rakca, Danpuslatpur Kodiklat TNI AD, Netralisir Bakteri Limbah di Pasar Kota Bandung Tegas! Kacab ESDM Riau Sidak Lokasi Galian C Ilegal Tragis! Guru Perempuan Tewas di Tangan Remaja Difabel

Sosial · 11 Mei 2025 17:03 WIB ·

Laki-laki dan Beban Sosial


 Laki-laki dan Beban Sosial Perbesar

Oleh: Redaksi Insan Jurnalis

“Kau laki-laki, jangan cengeng.”
Kalimat ini mungkin terdengar akrab bagi banyak pria di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Kata-kata yang seolah membentuk karakter kuat dan tahan banting, tapi diam-diam juga merampas satu hal penting dari mereka: ruang untuk jujur terhadap perasaan sendiri.

Kita hidup dalam masyarakat yang mengagungkan ketegaran sebagai standar maskulinitas. Laki-laki sejak kecil ditanamkan nilai bahwa mereka harus kuat, tangguh, tidak mudah menangis, dan yang paling ironis: tidak boleh terlihat lemah. Tapi apakah benar pria tidak pernah rapuh? Atau mereka hanya terlalu takut untuk terlihat rapuh?

Stigma yang Membungkam

Laki-laki seringkali tumbuh dengan beban ekspektasi yang berat: menjadi pemimpin, pelindung, penyelesai masalah, pencari nafkah. Ketika mereka mengalami tekanan batin, banyak yang memilih diam karena takut dianggap “lemah” atau “tidak laki”.

Padahal, manusiawi bagi siapa pun untuk merasa takut, sedih, atau cemas. Namun, dalam budaya yang patriarkal, ekspresi emosi dianggap bertentangan dengan citra ideal pria. Inilah yang membuat banyak laki-laki terjebak dalam kesepian emosional merasa sendiri di tengah keramaian.

Angka yang Mengkhawatirkan

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya, dan laki-laki mendominasi angka tersebut. Di banyak negara, laki-laki meninggal karena bunuh diri 2 hingga 4 kali lebih banyak daripada perempuan. Mereka jarang mencari bantuan, jarang berbicara, tapi diam-diam menanggung beban yang menghancurkan dari dalam.

Di Indonesia, fenomena ini makin terasa di tengah tekanan ekonomi, sosial, dan harapan keluarga. Di balik senyum, ada luka yang tak sempat sembuh. Di balik semangat bekerja, ada pikiran yang terus gelisah. Namun tak banyak yang tahu, karena mereka jarang mau bercerita.

Laki-Laki dan Akses Kesehatan Mental

Salah satu tantangan terbesar dalam isu ini adalah minimnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental terutama di kalangan laki-laki. Mereka lebih kecil kemungkinannya untuk mencari konseling, mendatangi psikolog, atau sekadar mengungkapkan kegelisahan.

Stereotip budaya memperparah keadaan: mengunjungi psikolog dianggap “aneh”, curhat dianggap “lemah”, dan terapi mental dianggap “tidak perlu” bagi seorang pria. Padahal, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Mengapa Ini Harus Dibicarakan?

Membuka ruang untuk membicarakan tekanan sosial pada laki-laki bukan tentang mengeluh, tapi tentang menyelamatkan. Kita perlu menghapus mitos bahwa pria harus selalu kuat, dan menggantinya dengan kesadaran bahwa pria juga manusia yang berhak lelah, berhak takut, dan berhak untuk sembuh.

Perubahan ini tak bisa datang dari luar saja. Laki-laki sendiri perlu mulai belajar mengenali perasaannya, tidak menekan emosinya, dan yang paling penting: tidak merasa bersalah saat ingin meminta bantuan.

Saatnya Membuka Ruang Aman

Bagi teman, pasangan, atau keluarga dari laki-laki muda cobalah menjadi ruang aman. Ajukan pertanyaan dengan empati. Dengarkan tanpa menghakimi. Dan jangan paksa mereka untuk “kuat” sepanjang waktu.

Bagi para pria, sadarilah bahwa mengakui rasa sakit bukan kelemahan. Mencari pertolongan bukan kegagalan. Justru, di sanalah letak keberanian sesungguhnya.

Karena di balik wajah tegar seorang pria, bisa jadi ada jeritan yang tak pernah terdengar dan tugas kitalah untuk mendengarnya sebelum terlambat.

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Redaktur

Baca Lainnya

Budaya Hedonisme Akar Prilaku Korup

5 Mei 2025 - 05:07 WIB

Bupati Sujiwo dan PLN Bahas Peningkatan Listrik di Terentang Hulu

3 Mei 2025 - 04:24 WIB

Paguyuban Jawa Kalbar: Rajut Persaudaraan di Tengah Keberagaman

2 Mei 2025 - 03:01 WIB

Penandatanganan MOU Bidang Perdata Dan Tata Usaha Negara, Antara Kejari Rohul Dengan PTPN IV Regional III

1 Mei 2025 - 01:38 WIB

Polsek Tualang Laksanakan Patroli Roda Dua dan Sosialisasi Antisipasi Karhutla di Kampung Pinang Sebatang Timur

30 April 2025 - 06:59 WIB

Tingginya Angka Perceraian di Sambas: Sebuah Refleksi Sosial

30 April 2025 - 03:22 WIB

Trending di Agama